Jumat, 19 Maret 2010

Tak harus membeli senyum.



Lima Menit setelah Otaku terkilir


Aku senang bercanda, tapi aku menjalani hidup tidak dengan bercanda. Lihat halamanku, semuanya aku siapkan….

Dalam dingding kamar otaku ada peta, ada titik-titik disana berisi apa dan kapan aku menyelesaikan sesuatu, ada juga titik-titik kapan aku menemui seseorang yang menjadi sahabatku. Titik-titik itu adalah harapan, aku tidak menyebutnya target karena target hanya untuk prajurit sedangkan aku adalah pejuang. Kata "harus" tidak aku pakai,karena akupun bukan aku yang aku cita-citakan,aku adalah yang terbaik yang Dia pilihkan.


Kalimatku mungkin sama dengan yang lainnya aku hanya membuatnya sedikit berbeda, karena hidup berjalan atas perbedaan. Air akan berhenti mengalir ketika masanya telah sama. Aku kadang memiring-miringkannya, bukankah karena miringnya poros bumi yang menjadikannya musim-musim berganti.
Titik-titik dalam petaku tidak semuanya penting kadang yang remeh-remeh saja. Seperti bertemu denganmu,aku hanya akan mengajakmu tertawa. Tertawa dalam perbedaan, itu mungkin yang akan membuat kita sama. Lagian aku tidak harus membeli tawa untuk memberikannya padamu. Apalagi senyum aku punya banyak, seperti halnya kamu memiliki tatapan, tatapan yang sempurna.

Seperti yang kubilang aku telah meleleh, hancur dan mati. Sekarang sedang di kerumuni semut, itu hanya karena aku manis……………